twitter
rss


"Kita tidak membutuhkan penjejalan, tapi kita membutuhkan pengembangan dan penyempurnaan pikiran dari setiap siswa dengan pengetahuan yang berasal dari fakta-fakta yang mendasar". ~Karl Marx~

Banyak Baca Banyak Rasa

Kata Among berasal dari kata Jawa ”Mong” – ”Ngemong” yang arti harfiahnya adalah melakukan tugas mengasuh anak. Inang – pengasuh tugasnya mengemong anak dalam pertumbuhan, memenuhi segala hal yang dibutuhkanya dalam perkembangan itu. Pada fase kanak-kanak tentu diutamakan untuk kepentingan pertumbuhan ragawinya. Selanjutnya juga diberikannya tuntutan kepada perkembaangan jiwanya.

Untuk menggambarkan sistem pendidikan seperti yang dicita-citakan Tamansiswa itu, yang gagasan aslinya merupakan cetusan Ki Hadjar Dewantara, maka sistem itu lebih tepat dilambangkan dengan Among. AMONG mempunyai pengertian menjaga, membina dan mendidik anak dengan kasih sayang. Pelaksana “among” (momong) disebut PAMONG, yang mempunyai kepandaian dan pengalaman lebih dari yang diamong.
Sistem among mengharamkan hukuman disiplin dengan paksaan/kekerasan karena itu akan menghilangkan jiwa merdeka anak.

Ki Hadjar Dewantara menetapkan 7 azas Tamansiswa 1922 yang pada butir pertama berbunyi “Sang anak harus tumbuh menurut kodrat (natuurlijke groei) itulah perlu sekali untuk segala kemajuan (evolutie) dan harus dimerdekakan seluas-luasnya. Pendidikan yang beralaskan paksaan-hukuman-ketertiban (regering-tucht en orde) kita anggap memperkosa hidup kebatinan sang anak. Yang kita pakai sebagai alat pendidikan yaitu pemeliharaan dengan sebesar perhatian untuk mendapat tumbuhnya hidup anak, lahir dan batin menurut kodratnya sendiri. Itulah yang kita namakan Among Methode.

Historis kehadiran Sistem Among hanya terkait dalam pelaksanaan pendidikan. Dalam dunia pendidikan ini, Sistem Among merupakan suatu sistem yang berjiwa kekeluargaan dan bersendikan dua dasar, yaitu :
a. Kodrat alam
b. Kemerdekaan.

Tetapi jika ditelaah lebih jauh, maka hakekat Sistem Among bukan saja tepat untuk penyelenggaraan pendidikan, melainkan merupakan sustu sistem sosial yang dapat terjadi dimana saja, asal terjadi hubungan antar manusia.

Dalam hubungannya anatara manusia dengan manusia, maka penerapan Sistem Among mengharuskan penempatan manusia sebagai subyek dan obyek antar sesamanya. Artinya seseorang menjadi subyek dan obyek sekalian terhadap manusia lainnya. Dalam hubungan ini diwajibkan untuk saling memanusiakan manusia, menjunjung tinggi martabat kemanusiaan, saling harga-menghargai, saling hormat-menghormati sesamanya.

Dengan menempatkan alam sebagai wawasan hubungan, maka hubungan manusia dengan alam berdasarkan Sistem Among, mewajibkan manusia untuk melakukan penyesuaian dan mengusahakan kelestarian lingkungan hidupnya. Dalam kedudukan dan hubungan yang demikian inilah maka seluruh potensi alam akan berguna dan dapat dimanfaatkan oleh dan untuk manusia.

Dalam hubungannya dengan Tuhan, maka manusia sadar akan kedudukannya sebagai hamba dan makhlukNya, dan karenanyalahirlah sifat menyembah dan pengabdian.

Jika hubungan antara manusia dengan manusia diartikan juga hubungan antara manusia dengan masyarakat, maka situasinya akan sangat ditentukan oleh bagaimana kedudukan manusia itu terhadap masyarakat; maka akan lahirlah berbagai sistem sosial tertentu.

Menempatkan manusia sebagai subyek, dimana manusia akan secara leluasa menggunakan hak asasinya, maka akan terciptalah sistem liberalisme. Kalau manusia berkedudukan sebagai obyek, sedang masyarakatlah yang dominan, maka kreativitas manusia sebagai warganya terkekang, maka lahirlah sistem otoriter. Sistem Among yang menolak kedua-duanya dan menempatkan manusia sebagai subyek dan obyek sekaligus, maka akan lahirlah suatu sistem yang demokratis, karena mengutamakan keseimbangan antara perwujudan hak asasi dan kewajiban hak asasi. Demikanlah kiranya wijud demokrasi kekeluargaan atau demokrasi yang mengakui kebijaksanaan kepemimpinan.

0 komentar:

Posting Komentar