twitter
rss


"Kita tidak membutuhkan penjejalan, tapi kita membutuhkan pengembangan dan penyempurnaan pikiran dari setiap siswa dengan pengetahuan yang berasal dari fakta-fakta yang mendasar". ~Karl Marx~

Banyak Baca Banyak Rasa

1. ASAS PERTAMA :
Setiap orang berhak mengatur dirinya sendiri dengan mengingat tertib persatuan dalam kehidupan umum.


Hak seseorang akan mengatur dirinya sendiri dengan mengingati tertibnya persatuan dalam prikehidupan umum itulah asas kita yang pertama.1 Tertib dan damai itulah tujuan kita yang setinggi – tingginya.2 Tidak adalah ketertiban terdapat, kalau tidak bersandar kepada perdamaian. Sebaliknya tidak akan ada orang hidup damai, jika ia dirintangai dalam segala sarat kehidupanya.3 Bertumbuh menurut kodrat itulah perlu sekali untuk segala kemajuan dan harus dimerdekakan seluas – luasya.4 Maka dari itu pendidikan yang bersaratkan “ paksaan hokum ketertiban”, inilah perkataan itulah kita anggap memperkosa hidup kebatinan anak.5 Yang kita pakai sebagai alat pendidikan yaitu pemeliharaan dengan sebesar perhatian untuk mendapat tumbuhnya hidup anak, lahir dan batin menurut kodratnya sendiri.6 Inilah yang kita namakan “ Among – Metode “.7

URAIAN
1. kalimat ini menentukan kedudukan manusia sebagai pribadi ( individu ) dan sekaligus makhluk sosial. Sebagai individu manusia memiliki hak asasi Kemanusian, sedang sebagai makhluk sosial manusia memiliki pula kewajiban hak asasi Kemanusiaan. Mewujudkan hak kemerdekaan selalu memperhatikan tertib – damainya kehidupan bersama atau masyarakat. Oleh karenanya kepentigan hidup bersama harus merupakan batas dari perwujudan kepentingan individu.

Di sini juga tercermin asas demokrasi kekeluargaan, karena demokrasi tidak boleh bersembunyi pada hak asasi, melainkan juga harus tunduk kepada kepentingan sosial. Antara hak asasi dan kewajiban sosial harus terdapat keseimbangan.

Jiwa merdeka pendukung nilai – nilai yang di junjung tinggi oleh Tamansiswa.
Secara kodrati manusia sebagai makhluk Tuhan YME, olehnya dikaruniai dua sifat yang nampaknya kontraversial, ialah kemerdekaan dan ketergantungan. Dengan sifat kemerdekaan itulah, maka manusia sebagai individu memiliki hak mengatur dirinya sendiri, yang pada umumnya kita kenal sebagai hak asasi manusian. Tuntunan akan terwujudnya hak tersebut secara mutlak akan melahirkan faham liberalisme.
Mengenai ketergantungan sedikitnya kita kenal dua macam :
a. ketergantungan kepada sang pencipta.
b. ketergantungan kepada sesama manusia.

Ketergantungan manusia kepada pencipta menimbulkan sikap dan perilaku menyembah. Manusia berusaha untuk mengabdikan diri kepadanya dengan mematuhi segala perintah dan menjauhi larangannya.

Ketergantungan manusia kepada sesama menimbulkan sikap dan prilaku menjunjung tinggi kepentingan bersama, yang selanjutnya melahirkan juga kewajiban asasi kemanusiaan. Masyarakat yang mengutamakan terwujudnya kewajiban tanpa memberikan hak kepada segenap warganya, mengarah ke bentuk masyarakat yang totaliter.

Sifat ketergantungan kepada sesama, menuntut terwujudnya tertib damai hidup bersama, yang selanjutnya merupakan batas atas perwujudan kemerdekaan individu. Ki Hadjar Dewantara selalu menegaskan, bahwa masyarakat yang pelaksanaanya kemerdekaan individu selalu dibatasi oleh tertib damai kehidupan bersama.

Berdasarkan kesemuanya itu, maka salah satu tujuan pendidikan Tamansiswa adalah menjadikan anak didik manusia yang berjiwa merdeka lahir bathin, manusia yang merdeka cipta, rasa dan karsanya, agar mampu berkarya merdeka dan berkesanggupan untuk membudayakan dan membangun diri serta masyarakatnya. Jika pada jaman perjuangan kemerdekaan jiwa merdeka merupakan syarat utama bagi usaha memerdekakan nusa dan bangsa, maka sebagai pendukung nilai-nilai sosial budaya yang sesuai dengan jiwa Pancasila, seperti diuraikan dimuka, maka jiwa merdeka ternyata cukup penting sebagai modal pokok dalam pembangunan.

2. Tujuan organisasi Tamansiswa adalah terwujudya masyarakat tertib - damai, suatu masyarakat salam dan bahagia serta adil dan makmur. ini berarti bahwa masyarakat yang dicita – citakan adalah masyarakat yang mampu memberikan kehidupan yang tenang dan tentram kepada setiap warga, terpenuhi segala kebutuhan hidup lahir - batin, serta terwujudnya segala hak dan kewajiban secara seimbang dan selaras.

3. Disini di jelaskan persyaratan untuk mencapai ketertiban dan kedamaian itu. Tidak dapat di wujudkan ketertiban, keteraturan, keselarasan, jika tidak ada damai, ketenangan bathin dan ketentraman jiwa. Tetapi juga tidak mungkin ada kedamaian, jika manusia selalu dirintangi dalam hidupnya. Artinya jika manusia tidak berkesempatan mewujudkan hak kemerdekaannya selaras dengan kewajiban sosialnya. Perwujudan hak asasi kemanusiaan dan kewajiba asasi kemanusiaan.

Kesadaran akan perwujudan kepentingan individu dan kepentingan hidup bersama secara selaras, seimbang dan serasi, inilah faham kemerdekaan menurut asas Tamansiswa dan inilah yang melandasi jiwa merdeka sebagai pendukung nilai – nilai sosial budaya yang dijunjung tinggi Tamansiswa. Kemerdekaan individu yang dibatasi oleh tertib - damainya kehidupan bersama mendukung :
a. Keselarasan merupakan serba keseimbangan antara kepentingan individu dan kepentingan masyarakat: keseimbangan antara hidup dunia, antara jasmani dan rohani dan sebagainya.
b. Keluarga adalah sendi hidup yang berlandasan pada manunggalnya rasa aku dan kita, yang mengutamakan pengabdian kepada keselamatan dan kebahagiaan hidup bersama.
c. Musyawarah adalah upaya bersama untuk mencari penyelesaian dan pemecahan masalah yang menjadi kepentingan bersama hak dan kewajiban.
d. Toleransi yang dimaksud adalah tenggang rasa, sikap saling menghormati pendapat dan saling menghargai pendirian masing – masing dalam usaha mencapai cita – cita bersama.
e. Kebersamaan adalah perasaan sama harga, sama nilai, sama hak dan kewajiban bagi sesamanya, non diskriminatif.
f. Demokrasi yang jiwanya kekeluargaan mengandung arti keseimbangan dalam mewujudkan hak asasi kemanusiaan dan kewajiban asasi manusia.
g. Tanggung jawab adalah kesanggupan untuk menaggung segala sesuatu sebagai pancaran kesadaran sosial seseorang.
h. Disiplin merupakan ketaatan dengan penuh kesadaran terhadap segala ketentuan yang telah disepakati bersama yang bertujuan untuk mengatur tertib damai hidup bersama.

4. Pertumbuhan kodrati adalah pertumbuhan yang tunduk pada hukum alam yang sudah mengaturnya secara rapih. Anak didik memiliki sifat-sifat kodrati sebagai anugerah Tuhan YME. Setiap anak didik memiliki kemampuan untuk tumbuh, mempunyai sifat-sifat kodrati yang dapat dikembangkan.

5. Uraian ini merupakan kritik terhadap terhadap sistem pendidikan kolonial, yang dasarnya adalah kultur asing, dan upaya mencapai ketertiban digunakan kekerasan, ialah dengan paksaan ancaman hukuman. Cara-cara demikian dipandang sebagai memperkosa kehidupan anak, dan sangat bertentangan dengan gagasan pendidikan merdeka yang telah diuraikan dimuka. Tamannsiswa menolak sistem yang demikian itu.

6. Jika kita menolak suatu sistem, sudah tentu kita harus sanggup memberikan gantinya. Sebagai alternatif lain daripada yang menggunakan paksaan, sudah tentu kita gunakan anti-podenya, ialah dengan memberikan kemerdekaan yang seluas-luasnya, namun harus dapat mencapai ketertiban pula. Oleh karena itu dalam mengikuti perkembangan kodrati dalam pertumbuhan jiwa raga anak didik itu, hendaknya kita lakukan dengan penuh perhatian dan tanggung jawab berlandaskan cinta kasih. Cara demikian itulah yang bermaksud dengan Metode Among, yang menurut pelaksanaannya juga disebuts sebagai sistem Tutwuri Handayani.

7. Kata Among berasal dari kata Jawa ”Mong” – ”Ngemong” yang arti harfiahnya adalah melakukan tugas mengasuh anak. Inang – pengasuh tugasnya mengemong anak dalam pertumbuhan, memenuhi segala hal yang dibutuhkanya dalam perkembangan itu. Pada fase kanak-kanak tentu diutamakan untuk kepentingan pertumbuhan ragawinya. Selanjutnya juga diberikannya tuntutan kepada perkembaangan jiwanya.
Untuk menggambarkan sistem pendidikan seperti yang dicita-citakan Tamansiswa itu, yang gagasan aslinya merupakan cetusan Ki Hadjar Dewantara, maka sistem itu lebih tepat dilambangkan dengan Among. Para petugas pelaksana pendidikan Among itu disebut pamong.

2. ASAS KEDUA
Pendidikan yang diberikan hendaknya dapat menjadikan manusia yang merdeka.


Dalam sistem ini, maka pelajaran berarti mendidik anak akan menjadi manusia yang merdeka batinya, merdeka fikiranya dan merdeka tenaganya.1
Guru hanya memberi pengetahuan yang perlu dan baik saja, akan tetapi harus juga mendidik si murid mencari sendiri pengetahuan itu dan memaksimalkan guna amal keperluan umum.2
Pengetahuan yang baik dan perlu yaitu yang bermanfaat untuk keperluan lahir dan batin dalam hidup bersama.3

URAIAN :
1. Kalimat ini menegaskan tentang tujuan pendidikan Tamansiswa, ialah untuk mendidik agar anak didik menjadi manusia merdeka, manusia berjiwa merdeka. Maksudnya ialah agar supaya ciptanya merdeka (fikiran), rasanya merdeka (batin) dan kaesanya merdeka (karsa mendorong pernuatan tenaga). Manusia merdeka ini merupakan tujuan pendidika Tamansiswa, dan sekaligus menjadi salah satu ciri pendidikan Tamansiswa, ialah “pendidikan merdeka”.

2. kalimat ini menegaskan fungsi pamong dan asas oto-aktivitas anak didik. Pamong bukan sekadar menyajikan ilmu dan pengetahuan sebagaimana dipedomani oleh kurikulum saja. Hal ini memang cukup penting, namun bukan hanya itu saja. Dengan asas kemerdekaan itu ditimbulkan dan dikembangkan oto-aktivitas anak didik, agar berkembang kreativitasnya, dan dengan cara kreatif anak didik mampu mencari sendiri pengetahuan yang mereka perlukan.
Sesudah jenis ilmu atau pengetahuan tertentu benar-benar dikuasai oleh anak didik, hendaknya dapat dimanfaatkan bagi kepentingan hidup bersama. Artinya dengan ilmu dan pengetahuan yag dimiliki, anak didik itu dapat hidup, dan kehidupannya bermanfaat bagi masyarakat.

3. kalimat ini menegaskan tentang kriteria mengenai pengetahuan yang baik. Kriteria yang dipakai dikaitkan dengan masalah kegunaan dari pengetahuan itu. Suatu pengetahuan dinilai baik dan perlu jika memenuhi persyaratan kegunaannya bagi kehidupan manusia dalam rangka hidup bersamanya (kemasyarakatan), meliputi kebutuhan hidup lahiriyan dan batiniyah.

3. ASAS KETIGA : Pendidikan hendaknya didasarkan atas keadaan dan budaya Indonesia
Tentang jaman yang akan datang, maka rakyat kita ada didalam kebingungan.1
Sering kali kita tertipu oleh keadaan yang kita ada pandang perlu ada laras untuk hidup kita, Padahal itu adalah keperluan bangsa asing, Yang sukar didapatkan dengan alat penghidupan kita sendiri.2 Demikian kita acap kali merusak kedamaian hidup kita.3 Lagi pula sering juga mementingkan pengajaran yang hanya menuju terlapasnya fikiran pada hal pengajaran itu membawa kita kepada gelombang penghidupan yang tidak merdekadan memisahkan orang – orang yang terpelajar denagn rakyatnya.4
Didalam jaman kehidupan ini seharusnyalah keadaan kita sendiri kiata pakai sebagai petunjuk jalan, untuk mencari penghidupan baru yang selaras dengan kodrat kita dan akan memberikan kedamaian dalam hidup kita, dengan keadaan bangsa asing.5

URAIAN
1. Kalimat ini bukan meramalkan segala jaman yang bakal datang, melaikan menunjukan bahwa pada setiap saat, setiap waktu kapan saja, manusia akan selalu diharapkan pada pilihan – pilihan tertentu. Juga bangsa kita akan selalu di hadapkan kepada berbagai alternative yang harus dipilih. Hendaknya berhati – hati dan telitilah dalam memilih.

2. Jika kita kurang teliti dan kurang waspada namun uraian ini menunjukan bahwa kita akan bisa terkecoh. Kita menganggap bahwa sesuatu itu sangat perlu dan penting kehidupan kita, tetapi ternyata hal itu bahkan menjebak kita menjadi fihak yang kehidupanya kita tergantung kepada fihak asing. Ini merupakan peringatan bagi bangsa kita agar jangan mudah meniru – niru pola kehidupan asing, meskipun diselubungi oleh istilah “ hidup modern “, jika hal ini berada di luar jangkauan hidup kita dan juga tidak selaras dengan budaya hidup kita sendiri.

3. Sebagai akibatnya ialah bahwa kedamaian hidup kita yang dilandasi oleh keselarasan, keseimbangan hidup lahir batin dan keserasian dengan nilai –nilai budaya yang kita junjung tinggi dan dapat merusak karenanya.

4. Kalimat ini memberikan peringatan kepada kita, jangan kita hanya mengutamakan berkembangnya kecerdasan saja, yang mengarah kependewaan akal. Dari aspek kejiwaan anak didik maka yang harus kita kembangkan adalah seluruh jiwa secara utuh, ialah : cipta, rasa, dan karsa. Jadi tidak boleh hanya sefihak saja.

5. Dengan tetap berpegang kepada kepribadian bangsa sendiri, kita mencari pola – pola kehidupan baru yang sesuai dengan perkembangan alam dan jaman tetapi tetap memiliki pegangan yang kuat, ialah kebudayaan bangsa. Dengan demikian maka pola kehidupan yang baru itu akan tetap selaras dengan kepribadian kita, yang memberikan hidup damai bagi seluruh bangsa namun juga menemukan keselarasan dengan nilai budaya asing yang dianut oleh bangsa – bangsa lain.

4. ASAS KEEMPAT :
Pendidikan diberika kepada seluruh rakyat Indonesia tanpa terkecuali.


Oleh karena pengajaran yang hanya terdapat sebagian kecil dari rakyat kita itu tidak berfaedah untuk bangsa maka haruslah golongan rakyat yang tersebar dapat pengajaran secukupnya.
Kekuatan bangsa dan Negara itu jumlahnya kekuatan orang – orang.
Maka dari itu lebih baik memajukan pengajaran untuk rakyat umum dari pada meninggikan ini seolah – olah mengurangi tersebarnya pengajaran.

URAIAN:
1. Kalimat ini meunjukkan asas demokrasu atau asas kerakyatan yang di anut oleh Tamansiswa. Berbicara tentang pendidikan, maka yang lebih di utamakan adalah bagaimana memberikan pendidikan ke pada rakyat yang terbesar. Jika hanya ada sebagian rakyat kecil saja yang terdidik, maka kaum terpelajar yang sangat terbatas itu kurang faedahnya bagi pembinaan bangsa (nation-building).

2. Bagi suatu bangsa maka letak kekuatannya adalah pada seluruh rakyatnya. Hal ini tidak saja dalam arti kuntitip saja, melainkan juga dalamarti kualitatif. Lebih banyak rakyat terdidik, atau secra kualitatif mempunyaikemampuan untuk menyadari dan melaksanakan tugas nasionalnya untuk mencapai cita-cita nasional bangsanya, maka bangsa itu akan tetap lestaridan mampu mencapai tujuan bangsanya.

3. Kalau di muka di kemukakan tentang asas demokrasi dalam pendidikan, maka di sini adalah penerapan dari asas pemeratan. Lebih baik memperluas kesempatan menerima pendidikan bagi massa rakyat yang banyak (horigontalisasi pendidikan) dari pada meninggikan secara kualitatif untuk bagian kecil rakyat, kalau usaha terakhir ini (vertikalisasi pendidikan) akan menghambat atau merintangi perluasan pendidikan. Maka di sini adalah penetapan dari akses pemerataan. Lebih baik memperluas kesempatan menerima pendidikan bagi masyarakat yang banyak dari pada meninggikan secara kualitatif untuk bagian kecil rakyat, kalau usaha terakhir ini akan menghambat atau merintangi perluasan pendidikan. Membeikan pendidikan dasar kepada seluruh rakyat harus lebih di utamakan dari pada pembentuakan dan pengembangan pendidikan tinggi.

5. ASAS KELIMA :
Untuk mencapai azas kemerdekaan maka kita harus bekerja sesuai kemampuan diri sendiri.


Untuk dapat berusaha menurut asas yang merdeka dan leluasa, maka kita harus bekerja menurut kekuatan sendiri. Walaupun kita tidak menolak bantuan dari orang lain akan tetapi kalau bantuan itu akan mengurangi kemerdekaan kita lahir dan batin haruslah ditolak.
Inilah jalanya orang yang tidak mau terikat / terperintah pada kekuasaan, karena berkehendak mengusahakan kekuatan diri sendiri.

URAIAN :
a. Kalimat ini menunjukan konsekuensi dari orang yang ingin hidup bebas dan merdeka. Kebebasan ini bukanya bebas tanpa batas / merdeka tanpa tanggung jawab, melainkan kemerdekaan manusia sebagai makhluk tuhan yang memiliki keterbatasan kodrati dan sosial. Oleh karena itu agar supaya kemerdekaan itu dapat diwujudkan secara maksimal, maka segala sesuatu harus diperhitungkan berdasarkan kekuatan sendiri.
b. Karena manusia selain individu juga merupakan makhluk sosial sekaligus, maka disamping hak asasi juga lahir pula kewajiban asasi. Dapun kewajiban dari manusia sebagai makhluk sosial adalah bekerja sama satu sama lain, saling menolong dan membantu. Oleh karena itu mendapat bantuan dari pihak lain adalah wajar pula, namun dengan syarat asal bantuan tersebut tidak mengurangi kemerdekaan seseorang baik lahir maupun batin
c. Apa yang diuraikan di muka adalah beberapa syarat / konsekuensi dari siapa saja yang menghendaki untuk dapat mewujudkaan kemerdekaanya semaksimal mungkin. Ini bukanya wujud dari sikap individualistic, melainkan usaha untuk sekecil mungkin menjadi “gawenya” orang lain.

6. ASAS KEENAM :
Oleh karena itu kita harus bersandar pada kekuatan diri sendiri.


Oleh karena kita bersandar pada kekuatan kita sendiri maka haruslah segala belanja dari usaha kita itu dipikul sendiri dengan uang pendapatan biasa.1 inilah yang kita namakan yang menjadi alatnya semua perusahaan ( usaha R.) yang hendak hidup tetap dengan berdiri sendiri. 2

URAIAN :
1. Hubunganya dengan pengelolaan dana, yang pasti diperlakukan bagi setiap usaha, maka syarat untuk dapat tetap kuat dengan mendasarkan kepada kekuatan sendiri, maka segala belanja kita harus didukung oleh pendapatan nyata sesuai dengan kemampuan kita sendiri dengan sikap demikian, maka kita akan selalu menyesuiakan kekuatan. Kemampuan dan keinginan yang akan kita jangkau. Boleh saja diciptakan rencana – rencana besar, namun batasnya adalah juga kemampuan Riil untuk dapat mewujudkanya atas dasar kekuatan sendiri. Jika hal ini disadarkan kepada bantuan / pertolongan pihak lain, pasti rencana itu belum tentu berhasil.

2. Sistem itu yang dinamakan “sistem - opor – bebek”. Jika kita mengoreng daging bebe, karena daging itu sendiri sudah mengandung minyak, maka akan mudah dan cepat matang dengan minyak bebe sendiri. Hal ini mengibaratkan bahwa setiap usaha yang ingin tetap bebas merdeka, hendaknya dalam mengelola dana juga harus berpedoman pada “ sistem opor - men - bebe “.
Cara demikian itu tidak saja hanya berlaku bagi suatu organisasi / kelompok, tetapi bagi kehidupan keluarga atau pribadi, sistem tersebut dapat juaga digunakan.
Sistem itu sudah tentu bekaitan dengan sendi hidup sederhana dan juga hemat. Jika ingin dilengkapi, karena hal itu juga masih ada kaitanya system pengelolaan dana. Ialah kesukaan menabung.

7. ASAS KETUJUH :
Pendidikan hendaklah mendidik anak dengan sepenuh hati, tulus , ikhlas dan tanpa mengharapkan imbalan.



Dengan tidak terikat lahir / batin, serta dengan suci hati, berniatlah kita berdekatan dengan sang anak. Kita tidak meminta sesuatu hak, akan tetapi menyerahkan diri akan berhamba kepada sang anak.
URAIAN :
1. Disini dikemukakan “ sumpah jabatan “ seorang pamong dan sekaligus ditunjukan kemuliaan profesi guru. Pengabdian melalui dunia pendidikan hendaknya merupakan pilihan secara suka rela dengan dilandasi oleh “ sepi ing pamrih “ dan rasa penuh tanggung jawab.
Pendekatan kepada sang anak didasari oleh cinta kasih dan kasih sayang. Bukanya karena tujuan lain, melainkan karena panggilan tugas yang secara naluriah dirasakan sebagai kewajiban manusiawi.
Anak didik dituliskan sebagai sang anak, dimaksud untuk menunjukan kedudukanya sebagai makhluk TME, sehinga pendekatan kepadanya juga merupakan pendekatan kepadanya.

2. Pamong melaksanakan tugasnya bukan karena kewenangan dan kekuasaanya, melainkan didorong oleh kecenderungan hatinya untuk menyerahkan diri kepada tugas pangilanya itu. Niat beramba kepada sang anak hakekatnya juga merupakan penyerahan diri pada – nya sehingga pamong yang melaksanakan tugas mendidiknya dilandasi oleh – nilai tersebut akan merasakan sehinga ibadah kepadanya.


0 komentar:

Posting Komentar