twitter
rss


"Kita tidak membutuhkan penjejalan, tapi kita membutuhkan pengembangan dan penyempurnaan pikiran dari setiap siswa dengan pengetahuan yang berasal dari fakta-fakta yang mendasar". ~Karl Marx~

Banyak Baca Banyak Rasa


Berbicara tentang Tamansiswa tak bisa lepas dari pendidikan dan sejarah pergerakan Indonesia. Tamansiswa lahir pada jaman penjajahan Hindia Belanda. Peguruan Tamansiswa didirikan oleh Ki Hajar Dewantara pada tanggal 3 juli 1922 di Yogyakarta. Ki Hajar Dewantara lahir pada tanggal 2 Mei 1889, dengan nama kecil Suwardi Suryanigrat, yang mana hari lahirnya ditetapkan sebagai Hari Pendidikan Nasional oleh pemerintah.
Latar belakang berdirinya Tamansiswa adalah bahwa sekolah-sekolah yang didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda sesungguhnya tidaklah diperuntukkan bagi kepentingan rakyat Indonesia.  Belanda berdalih bahwa sekolah-sekolah yang didirikan waktu itu untuk penebusan dosa kepada rakyat Indonesia namun kenyataannya adalah bahwa sekolah-sekolah yang didirikan adalah untuk kepentingan politik kolonial Belanda. Pemerintahan Hindia Belanda dengan sistem politik kolonialnya tidak memperhatikan kepentingan rakyat dalam segala bidang kehidupannya. Kepetingan sosial, politik, ekonomi, kebudayaan, termasuk pula pendidikannya, tidak mendapat perhatian sebagaimana mestinya. Oleh karenanya adalah wajar, bahwa suasana dan kondisi kolonial turut mewarnai kelahiran tersebut dalam bentuk positif terhadapnya.
Tamansiswa didirikan atas keprihatinan Ki Hadjar atas nasib rakyat Indonesia yang tidak mendapatkan haknya dalam hal pendidikan. Tamansiswa diciptakan agar rakyat jelata dapat mengenyam pendidikan yang pada akhirnya bertujuan untuk mencerdaskan dan memerdekaan bangsa, baik merdeka secara lahir maupun batin.
Diakui atau tidak, saat ini sudah terjadi pergeseran pemahaman ajaran dan tujuan perguruan Tamansiswa, bahkan dikalangan orang-orang Tamansiswa itu sendiri. Kita tahu bahwa dalam azas Tamansiswa yang pertama disebutkan Setiap orang berhak mengatur dirinya sendiri dengan mengingat tertib persatuan dalam kehidupan umum”. Nah disini jelas bahwa Tamansiswa mengajarkan dan memberikan kemerdekaan sepenuhnya kepada setiap individu untuk mengatur dirinya sendiri dengan catatan harus menjaga ketertiban dan persatuan dalam kehidupan umum. Kiranya sudah sangat jelas bahwa Tamansiswa sangat mengutamakan persatuan, bukan permusuhan. Jadi tidak boleh ada intimidasi, ancaman dan permusuhan antar sesama.
Dalam azas Tamansiswa yang kedua disebutkan Pendidikan yang diberikan hendaknya dapat menjadikan manusia yang merdeka”. Azas yang kedua ini tentunya mengandung arti yang sangat luhur, dimana dalam konsep pendidikannya, Tamansiswa ingin menciptakan manusia yang merdeka sepenuhnya. Dalam hal ini kemerdekaan tak boleh disalah artikan untuk bebas menindas orang lain, kemerdekaan disini bukan berarti bebas berbuat sesuka hati, kemerdekaan disini haruslah bertumpu pada ketertiban dan menghormati hak-hak orang lain, baik hak untuk hidup yang layak, berserikat, berkumpul dan hak menyuarakan aspirasinya.
Jadi sudah jelas bahwa Tamansiswa diciptakan bukan dengan eksklusifisme tapi pluralisme, menghargai perbedaan. Ajaran Tamansiswa bukanlah doktrin yang harus dijejalkan paksa, Tamansiswa tidak pernah memaksakan ajarannya untuk bisa diterima oleh seluruh umat manusia. Sesungguhnya nilai luhur dari Tamansiswa adalah begitu menghargai perbedaan dan perjuangannya untuk menjadikan manusia yang merdeka seutuhnya.
Yang perlu garis bawahi disini adalah Tamansiswa diciptakan untuk perjuangan kemerdekaan Indonesia, bukan hanya kemerdekaan Tamansiswa. Tamansiswa diciptakan untuk perjuangan kemerdekaan tiap individu yang ada diseluruh penjuru dunia. Jadi Tamansiswa tak boleh merasa eksklusif dan paling benar, Tamansiswa harus mau bercampur baur dengan seluruh rakyat dalam membangun bangsa dengan mengedepankan toleransi terhadap sesama.
Dalam kesempatan ini saya mencoba mengingatkan kawan-kawan yang mengaku kader atau orang Tamansiswa, bahwa “TAMANSISWA DICIPTAKAN UNTUK MEMPERJUANGKAN NASIB RAKYAT YANG TERTINDAS, BUKAN UNTUK MENINDAS… TAMANSISWA JUGA MENGAJARKAN PERSATUAN, BUKAN PERPECAHAN ATAU PERMUSUHAN”




0 komentar:

Posting Komentar