twitter
rss


"Kita tidak membutuhkan penjejalan, tapi kita membutuhkan pengembangan dan penyempurnaan pikiran dari setiap siswa dengan pengetahuan yang berasal dari fakta-fakta yang mendasar". ~Karl Marx~

Banyak Baca Banyak Rasa

Tulisan ini sengaja saya buat sebagai bentuk keprihatinan terhadap sikap beberapa kawan mahasiswa kampus kebangsaan yang notabene adalah bagian dari perguruan Tamansiswa yang sempat merepresif beberapa kawan pergerakan mahasiswa yang sedang melakukan aksi simpatik di makan Ki Hadjar Dewantara terkait HARDIKNAS.
Tidak habis pikir kenapa ada kawan-kawan UST yang sampai hati mencoba membubarkan aksi simpatik itu, padahal waktu itu kawan-kawan hanya menyampaikan aspirasinya dengan berorasi dan juga aksi teatrikal atas bobroknya dunia pendidikan saat ini. Kawan-kawan yang melakukan orasi dan tearikal bermaksud mengadu kepada Makam Ki Hadjar sebagai simbol kekecewaan mahasiswa karena pemerintah tak mau peduli akan pendidikan dan nasib anak bangsa, aksi itu sebagai simbol mahasiswa yang telah kecewa dan antipati terhadap pemerintahan SBY-Budiono yang sudah tidak mau lagi mendengarkan aspirasi mahasiswa dan tak mau lagi mendengarkan keluhan-keluhan dari rakyatnya atas carut-marutnya pendidikan dan mahalnya biaya pendidikan.
Aksi tersebut sempat terhenti beberapa saat dikala beberapa kawan UST yang ikut aksi (anggota pergerakan) dipaksa untuk membuka almamater UST oleh beberapa mahasiswa UST yang lain. Mereka (yang merepresif masa aksi) berdalih bahwa Tamansiswa  anti pergerakan, Tamansiswa  harus bersih dari paham-paham lain diluar Tamansiswa … Yang menjadi pertanyaan besar dalam diri saya adalah, benarkah Tamansiswa  anti terhadap pergerakan pemuda?
Dalam bukunya, Ki Hadjar pernah menuliskan tentang tiga pusat pendidikan atau yang lebih dikenal dengan istilah Trisentra Education, dalam tulisannya tersebut Ki Hadjar menjelaskan ada tiga pusat pendidikan sebagai syarat pembentukan mental dan karakter pemuda sebelum mereka terjun kedalam masyarakat. Kalau yang umum dikenal oleh khalayak masyarakat, Trisentra diantaranya adalah; keluarga, sekolah dan masyarakat. Tapi dalam bukunya, Ki Hadjar menuliskan bahwa Trisentra yang dimaksud adalah; alam keluarga, alam perguruan dan alam pergerakan pemuda. Ketiga ruang pembelajaran tersebut menurut Ki Hadjar merupakan tempat dimana pemuda untuk belajar berbagai hal sebelum nantinya terjun kedalam masyarakat dan mengaplikasikan ilmu-ilmu yang telah didapat. Menurut Ki Hadjar masyarakat adalah tempat untuk menerapkan ilmu-ilmu yang didapat dari ketiga alam tadi, masyarakat bukan lagi tempat untuk mencari ilmu, meskpun ketiga alam/tempat belajar tadi tak bisa dipisahkan dari masyarakat.
Dari ketiga alam tadi sudah jelas bahwa Alam Keluarga merupakan tempat pertama anak-anak belajar, keluarga disini sangat berperan dalam mendidik budi pekerti dan laku sosial anak-anak diwaktu masih kecil; setelah besar anak-anak pada akhirnya harus mencari ilmu yang lain dan lebih luar yaitu dialam perguruan. Alam perguruan disina dapat diartikan sebagai sekolah, pesantren atau perguruan tinggi. Perguruan sebagai balai wiyata, yaitu buat usaha mencari dan memberikan ilmu pengetahuan, disamping pendidikan intelek; menginjak kedewasaan anak-anak mulai mengenal pergerakan pemuda. Pergerakan pemuda sebagai daerah kemerdekaannya kaum muda atau “Kerajaan Pemuda”, untuk melakukan penguasaan diri, yang amat perlunya buat pembentukan watak. Pergerakan pemuda disini bisa bermacam-macam, diantaranya karang taruna, pramuka atau bagi mahasiswa bisa berupa UKM, BEM, atau organ ekstra yang lain yang beraliran kulturalnasional (adab kebangsaan) untuk menyokong pendidikan.
Jadi saya melihat tak ada sedikitpun Ki Hadjar sebagai Tokoh pendiri Tamansiswa mencoba melarang pemuda-pemudanya untuk belajar di alam pergerakan pemuda. Yang ditekankan oleh Ki Hadjar adalah silakan para pemuda belajar apapun dan dimanapun asalkan tidak membahayakan dirinya-sendiri (pemuda), tidak membahayakan orang lain dan tidak bertentangan dengan semangat persatuan nasional. Jadi jelaslah bahwa tak sedikitpun Tamansiswa melarang pemudanya untuk belajar apapun dan dimanapun asal tidak bertentangan dengan semangat persatuan nasional.
Kalau kita berkaca dari asal-muasal ide-ide cemerlang Ki Hadjar, kita tidak bisa memungkiri bahwa ide-ide dan gagasan besar ki hadjar adalah hasil perpaduan ilmu lokal dan ilmu impor yang berasal dari pemikir-pemikir luar negeri yang diantaranya Rabindranath Tagore yang berasal dari India dan Montessori dari Italia, Pertalozzi, Dr. frobel dll. Jadi sudah jelas bahwa Ki Hadjar tidak anti terhadap konsep-konsep dan ilmu dari luar negeri. Namun disini Ki Hadjar mengingatkan untuk tidak langsung menerapkan ilmu-ilmu itu secara mentah di Indonesia namun harus ada penyaringan dan disesuaikan dengan budaya bangsa.
Yang masih menjadi sorotan dan perbincangan yang panjang adalah benarkah Tamansiswa  (UST) melarang mahasiswanya untuk belajar atau mengikuti organ ekstra kampus??? Kalau memang benar sepeti itu berarti UST sudah sedikit menyimpang dari pemikiran tokoh pendirinya dan menurut saya ini ada indikasi pelemahan kepada mahasiswa agar tidak kritis lagi dengan apa yang ada di Kampus dan juga dengan permasalahan yang ada dinegara ini.
Saya sangat berharap suatu saat nanti akan muncul generasi muda Tamansiswa  (mahasiswa) yang kritis dan vokal atas persoalan ini serta mau merubah peraturan (kalau ada) yang melarang pemuda/mahasiswa untuk berorganisasi (ekstra kampus). Karena peraturan yang melarang mahasiswa berorganisasi ekstra kampus merupaka bentuk-bentuk pengkebirian dan penindasan terhadap mahasiswa untuk belajar. Pihak-pihak yang melakukan pengkebirian terhadap mahasiswa sudah jelas merupakan tindakan Kontra Revolusi yang harus kita lawan!!! Tak peduli itu mahasiswa atau birokrasi kita!!! Hanya ada satu kata untuk para penindas yang kontra revolusi…LAWAN!!!

0 komentar:

Posting Komentar